is she the one I am trying to find?
I lost my mind
is she the one I am trying to find?
is she the one I am trying to find?
or am I fool?
using my feeling as an innocent tool
the time said me to be hurry
I don't know, is it funny?
here I am Father
the one who needs your feather
I wanna going with the wind
catch a heart to win
Dia dan Waktu
Senja, dimana lekuk kakiku mulai menunjukkan kemalasannya,
Hanya duduk sembari mata dan telingaku bekerja,
Melintas suara-suara tentang NII dan segala yang mereka bicarakan,
Tapi ada yang lebih menarik perhatian,
Itu semua bualan tidak penting,
Tapi dia,
Bocah kecil yang tak lebih hanya seorang anak-anak,
Yang semasaku dulu sangat gemar bertualang dan menantang,
Tapi petualangan hidupnya lebih berat,
Bahkan meski hanya dalam sekilas mataku menangkap ceritanya,
"Dari jalan ke jalan, gang menuju gang
Dan berhenti didepan kampusku,"
Kualihkan pandanganku darinya,
Jujur, nurani ku tersambar oleh senyumnya,
Untung saja sebuah topi menutupi matanya,
Ku tak ingin pikiranku memunafikan hatiku yang terlanjur berair,
Rasanya aku merindukan Ibuku,
Seperti sebuah film yang berputar di dalam pikiranku,
Ku lihat betapa berharganya masa kecilku
Dan disitulah wajah Ibu terlihat
Seperti terdiam dalam dunianya sendiri,
Kuharap dia memiliki sedikit kebahagiaan masa kecil
Tulisan ini hanyalah sekadar kemunafikan hatiku, idealisme dan api jiwaku yang ku koar koarkan di kampus diruntuhkan. Penjual siomay itu benar-benar membuka mata hatiku, melembutkan egoku, membelai keras nya kepalaku. Di sebuah scene, di sebuah senja, di depan hadapanku sendiri. Seperti syair lagu Iwan Fals "anak sekecil itu berkelahi dengan waktu..." , Aku hanya menggenggam erat kepal tanganku, dan jika aku wanita aku akan menangis.
Pemikiran Malam I
Terlalu riskan,
Menggantungkan sebuah masa depan pada selembar kertas ujian,
sebuah pena hitam plastik,
dan kemampuan menghapal materi,
Gila,
mengkomando sel otak mengikat tiap ikat kalimat,
pemikiran tertulis,
Lagi dan lagi,
Sudah cukup, jika saja pundiku berisi emas (bukan rupiah),
pastilah sudah ku beranjak dari dataran tak berperikemanusiaan ini,
Syukur,
Aku masih ditemani kesendirian,
yang membuat ego bajaku menari,
mengikuti irama
Tamparan
Keras dan lantang adalah oposisi yang dibenci,
Keras dan lantang adalah oposisi yang dibenci,
aku bukan pria yang ramah,
tetapi aku juga bukan orang menikmati orang lemah terjajah,
jika suaraku menampar wajah mereka
dan mereka meludah, tak apa
aku memang bukan siapa-siapa
aku hanya orang yang ingin bersuara
di pagi buta itu
Pohon Oak dan Kupu-Kupu
Pohon oak yang membelakangi layar terakhir sebuah horizon senja,
Pohon oak yang membelakangi layar terakhir sebuah horizon senja,
Jemarinya dipermainkan angin membelai berkas cahaya,
Daunnya menghujani tanah laksana remah kehidupan yang telah mati,
Tak terelakkan lagi, itu keindahan dari sebuah elegi
Rupa dunia sekali lagi disyairkan telah berubah,
Rupa jiwa dipuisikan seakan cinta yang merekah,
Tersobek bagai kupu-kupu yang merusak kidung tidurnya,
Merebak mencari kehidupan sewarna